Jadihappy.com | Ashabul Ukhdud. Kisah ini di sebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Buruj ayat 4 hingga ayat 9. Dalam kisah ini Allah memberikan pelajaran tentang seseorang yang di uji keimanannya. Ketika di paksa untuk meninggalkan ajaran Allah, tetapi dia menolak walaupun harus menukarnya dengan nyawa.
Dahulu di suatu kerajaan di kota Najran dekat dengan perbatasan Yaman hiduplah seorang raja yang memiliki tukang sihir yang sudah tua. Tukang sihir itu meminta kepada raja untuk di carikan seseorang sebagai penerusnya kelak. Lalu di buatlah sayembara kepada para pemuda untuk menggantikan tukang sihir raja. Akhirnya terpilih seorang pemuda bernama Ghulam.
Pada keesokan harinya Ghulam pun berangkat ke rumah tukang sihir untuk berguru kepadanya. Saat di tengah perjalanan Ghulam melewati gua dan mendengar suara-suara. Kemudian ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam gua. Setelah sampai di dalam gua Ghulam melihat seorang pendeta yang sedang duduk berdoa.
“Wahai pendeta aku mendengar kalimat “Subhanallah” berulangkali dari luar gua, Apakah kalimat itu adalah mantra sihir?”
“Bukan, itu bukanlah mantra sihir, tetapi merupakan kalimat tasbih yang menunjukkan kebesaran Allah Subhanahuwata’ala”.
Mengenal Allah SWT
“Siapa Allah subhanahu wa ta’ala itu?”
“Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Tuhan pemilik langit dan bumi, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan dia”.
“Maukah engkau menceritakan kepadaku tentang Allah subhanahuwata’ala?”
“Tentu saja, datanglah kesini kapanpun kau mau. Namun jangan memberitahukan tentangku kepada siapapun!!”
Kemudian Ghulam meneruskan perjalanan ke rumah tukang sihir, tetapi ia di hukum karena datang terlambat.
“Apa yang menyebabkan kamu datang terlambat wahai Ghulam?”
“Maaf aku tadi sedikit tersesat ketika perjalanan ke sini”
Di suatu hari saat di tengah perjalanan, Ghulam di hadang oleh binatang besar. Ghulam berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuktikan ilmu yang di pelajarinya. Ia berniat membandingkan manakah yang lebih baik Ilmu dari pendeta ataukah ilmu si tukang sihir. Lalu Ghulam mengambil sebuah batu dan mengarahkan kepada binatang besar itu Seraya berdoa kepada Allah:
“Ya Allah apabila ilmu pendeta itu lebih engkau cintai dari pada ilmu tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang besar tersebut”.
Berita tentang Ghulam yang berhasil menaklukkan binatang itupun tersebar, beberapa orang datang kepada Ghulam meminta di sembuhkan dari penyakit cacat dan buta. Hingga berita itupun terdengar ke telinga Raja, kemudian Raja mengundang Ghulam datang ke istana kerajaan.
“Sekarang katakanlah siapa yang mengajarimu ilmu untuk menyembuhkan orang buta?”
“Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan orang buta kecuali atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah Tuhan semesta alam pemilik langit dan bumi, Maha penyembuh segala penyakit”.
“Aku ini adalah Tuhan sebenarnya, bisa-bisanya kamu mengatakan ada tuhan selain aku”, ujar sang raja.
Menghukum Ghulam
Raja terus memaksa Ghulam untuk meninggalkan ajaran Allah, tetapi Ghulam tetep menolak. Kemudian Raja memanggil sekumpulan pasukan untuk membawa dan melemparkannya dari atas gunung, apabila tetap pada pendiriannya. Ketika sampai di puncak tiba-tiba terjadi goncangan yang dahsyat, semua pasukan terjatuh namun Ghulam selamat.
Semua itu terjadi karena kehendak Allah. Raja mendengar kabar bahwa Ghulam selamat kemudian menyuruh pasukan kerajaan menangkap Ghulam dan melemparkannya ke laut. Tetapi, ketika di atas perahu tiba-tiba badai datang dan perahu terbalik. Semuanya tenggelam sedangkan Ghulam selamat, lagi-lagi semua terjadi atas kehendak Allah.
“Wahai raja, engkau tidak akan bisa untuk membunuh ku, kecuali dengan cara-cara yang aku sarankan”
“Bagaimana caranya?”
“Kumpulkan seluruh rakyatmu kemudian kau salib aku, lalu panahlah aku sambil mengatakan Bismillahirrobbil Ghulam” “Dengan menyebut nama Tuhannya Ghulam” baru engkau bisa membunuhku”.
Tanpa berpikir panjang Raja mengikuti cara yang di sebutkan Ghulam. Semua penduduk yang hadir melihat apa yang terjadi dan mereka mengatakan:
“Aamanna bi Rabbil ghulam, kami beriman kepada tuhannya Ghulam”
Raja tidak sadar dengan apa yang di katakannya ia hanya berpikir bagaimana cara membunuh Ghulam. Raja sangat marah mendengar rakyatnya yang hadir beriman kepada Tuhannya Ghulam. Lalu ia memaksa semua orang meninggalkan keimanannya kepada Allah. Tetapi mereka semua menolak.
“Para pengawal, bersegeralah membuat parit besar untuk membakar mereka yang tidak mau meninggalkan keimanannya kepada Allah”.
Satu persatu rakyat di lemparkan kedalam parit. Mereka tetap tidak mau meninggalkan keimanan meskipun harus menukarnya dengan nyawa. Seperti yang di sebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Buruj ayat 8.
“Mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang maha perkasa Maha terpuji”.
“Kasihan sekali kau wahai anakku, belum pernah merasakan kenikmatan dunia ini”.
“Wahai Ibuku, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran”.
Demikianlah akhir kisah Ashabul Ukhdud ini. Ketika orang-orang beriman di masukkan kedalam Parit. Hikmah yang dapat kita ambil dalam kisah ini adalah.
Hendaknya kita tidak bersikap sombong atas apa yang di miliki. Karena semua itu terjadi atas kehendak Allah. Allah juga akan menguji seberapa besar keimanan kita untuk memilih dunia yang fana atau surga yang kekal. Dan orang yang lebih memilih beriman kepada Allah akan mendapatkan balasan berupa surga.
wallahualam Bisshawab